Minggu, 09 Agustus 2015

Kepala Seksi (Kasi) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman (DSDAP) Banten Adib Solihin


Laporan: Nurhayati / novita





Disisi lain kepala seksi air minum dan penyehatan lingkungan ( AMPL ) DSDAP Prov. Banten mengemukakan sbb: Konsep tersebut menggunakan prinsip-prinsip pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat, seperti pilihan yang diinformasikan sebagai dasar dalam pendekatan tanggap kebutuhan, karena air merupakan benda sosial dan ekonomi, pembangunan berwawasan lingkungan, peran aktif masyarakat, serta penerapan prinsip pemulihan biaya.
Ditambahkan, program Sanimas yang mulai digulirkan sejak tahun 2010 lalu itu, didukung penuh pembiayaannya oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Sanitasi yang sudah terpisah dengan DAK bidang Air Minum.
Selain itu kata Adib, program ini juga didukung oleh pendanaan APBN Direkotrat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, dan pemerintah pusat juga mendorong pembangunan fasilitas sanimas melalui dukungan dana luar negeri dan dana APBD melalui berbagai kerangka program. 
Adib Solihin mengungkapkan, pada tahun 2015 ini Pemerintah Provinsi Banten telah menyiapkan anggaran hingga Rp 90 miliar, untuk pembangunan sarana air bersih. Dana tersebut kata Adib, dipergunakan untuk membangun lebih dari 600 titik sarana air bersih di sejumlah daerah.
“Tahun ini pembangunannya lebih dari 600 titik sarana air bersih,” pungkasnya. (ADV)

DSDA P-ROV. BANTEN IKLAN HUT RI KE - 70 17 AGUSTUS 2015

                                         Laporan: Nurhayati/ Novita


Sabtu, 13 Juni 2015

DPU KOTA SERANG IKLAN RAMADHAN 1436 H / 2015 M

Laporan: Nurhayati

DINSOS PROV.BANTEN IKLAN RAMADHAN 1436 H / 2015M

Laporan : Nurhayati / Gunawan


PENYELENGGARAAN REHABILITASI, OPERASI DAN PEMELIHARAAN IRIGASI DI PROVINSI BANTEN

Laporan: Nurhayati

 Serang ,,,,,,juni 2015



Perkembangan Irigasi di Provinsi Banten, sebagaimana juga di daerah lain di Indonesia dapat dibagi atas 3 fase perkembangan, yaitu :
  • Fase Pertama Pembangunan irigasi oleh masyarakat tani ribuan tahun yang lalu berlangsung sejak abad ke 16 sebelum masehi dimulai dengan sawah tadah hujan dan kemudian disusul dengan penemuan teknologi mengalihkan air dari sungai. Walaupun teknologi pengambilan air tersebut bersifat sederhana yaitu pengambilan bebas (free intake). Irigasi Subak di Bali adalah contoh irigasi ini.
  • Fase kedua adalah fase pengaturan antara irigasi masyarakat dan irigasi yang dibangun pemerintah. Sejak pertengahan abad ke-19 irigasi dalam skala besar dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Fase ini berlangsung  lebih dari satu abad (1948 -1970).
  • Fase ketiga adalah dominan peranan pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan irigasi. Pada fase ini pembangunan irigasi dilakukan secaa besar-besaran dengan tujuan mewujudkan tercapainya swasembada beras. Adanya teknologi revolusi hijau yang responsif terhadap air memerlukan upaya perbaikan infrastruktur irigasi yang sudah ada dan perluasan irigasi khususnya di luar pulau Jawa. Dana disediakan melalui APBN dan bantuan luar negeri IBRD/IDA. Dengan adanya dukungan finansial yang kuat pemerintah melalui proyek PROSIDA ikut memperbaiki sistem irigasi primer, sekunder bahkan tersier dengan memperkenalkan rancang bangun yang standar seperti box tersier.
Dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, yang dimaksud dengan  irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Sedang secara teknis Irigasi adalah suatu sistem tata cara pembagian air dari sumbernya baik berupa mata air, sungai atau waduk yang ekonoimis dan pengadaannya dapat berlangsung setiap musim (musim penghujan dan musim kemarau).
Didalam suatu daerah irigasi terdapat komponen-komponen penunjangnyanya seperti :
  1. Bendung/bangunan utama, dimana air diambil dari sumbernya, umumnya dari sungai dan waduk.
  2. Sistem jaringan saluran pembawa, berupa saluran yang mengalirkan air irigasi kepetak-petak sawah
  3. Sistem pembuangan, saluran ini terletak diluar daerah irigasi yang berfungsi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran – saluran pembuang alam.
  4. Bangunan bagi, bagi sadap, dan bangunan sadap, berfungsi untuk mengambil dan mengatur pembagian air kepetak sawah secara proposional.
  5. Bangunan pelengkap, yaitu suatu bangunan yang dibuat untuk mengatasi suatu rintangan alam (talang, siphon,gorong-gorong), atau dibuat berdasarkan alasan teknis (bangunan terjun, got miring).
  6. Dan lain-lainnya.

 



Rabu, 10 Juni 2015

LELANG SAMBUNG JALAN BETONASE CIRUAS - WALANTAKA KEMUNGKINAN DI LAKSANAKAN TAHUN 2015 INI

laporan: Nurhayati / Dyt



Meskipun sambung jalan betonase antara ciruas – walantaka masih tersisa beberapa puluh meter lagi, sejauh ini terlihat masih lancar kendaraan lalu lalang dari Ciruas – Walantaka atau sebaliknya. Meski jalan berdebu bila keadaan cuaca panas dan nampak seperti kubangan bila keadaan cuaca hujan lebat yang di sebabkan jalan berlubang dan batu – batu besar menonjol namun hingga saat ini masih tampak lancar walau sesekali sering macet akibat ramai kendaraan di lampu merah Ciruas. Sesekali terlihat masyarakat, fihak Kecamatan, Koramil turut membantu memperbaiki jalan ini demi untuk kenyamanan dan kebersamaan pengendara truk, bis, sepeda motor, pejalan kaki dll.
Ditemui Kasi pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang ( DBMTR ) Provinsi Banten REZA mengatakan “ kemungkinan bila lelang berjalan sesuai dengan harapan kami serta berjalan lancar maka pembangunan akan di laksanakan tahun 2015 ini, sebab anggaranya telah siap. kita sama – sama berdo’a saja moga segalanya berjalan dengan baik dan sesuai harapan, ada satu lagi kendalanya mengapa di tahun lalu pembangunan terhenti selain anggaranya telah habis ada penyebab lainya yaitu persis dijalan yang belum di bangun itu ada gorong2 selebar jln di jalur itu yang harus di perhitungkan agar bila hujan lebat air tetap ancar dan tidak banjir,,,,,’’ jelas REZA singkat.   

Minggu, 24 Mei 2015

TUK SEKIAN KALINYA KK WARGA DESA KETAPANG KEC. WANASALAM KAB. LEBAK WKP III MENERIMA SOSIALISASI LISDES Mei 24, 2015 bintang8

Laporan: Nurhayati…………….
Program Pembangunan Listrik Perdesaan Wilayah Kerja Pembangunan ( WKP III ) untuk Kab. Lebak terbanyak lebih 5000 Kepala Keluarga ( KK ) , dan Kab Pandeglang sebanyak 6590 TA 2015, yang di laksanakan melalui Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten telah di sosialisasikan melalui tim nya bekerjasama dengan intansi terkait seperti PLN, Kecamatan / Desa serta masyarakat calon penerima bantuan, hal ini mengingat untuk terlaksananya Program listrik masuk desa yang di canangkan oleh Plt Gubernur Banten, dalam programnya menuju banten terang 2015.
Sorotan kali ini media BP. online turun kelapangan untuk menyaksikan langsung Sosialisasi rencana pemberian bantuan Program Pembangunan Listik Pedesaan Wilayah Kerja Pembangunan ( WKP III ) di Kab. Lebak oleh Tim Dari Dinas Pertambangan dan Energi provinsi banten, tepatnya di Desa ketapang Kec. Wanasalam Kab. Lebak. Dimana sebanyak 80 KK calon penerima bantuan / calon konsumet listrik masuk desa pada 22 Maret 2015 lalu, masyarakat Desa Ketapang Kec. Wanasalam penerima bantuan sangat berterima kasih kepada pemerintah Provinsi Banten melalui instansi terkaitnya Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dengan adanya program Listrik Perdesaan. Meraka berjanji akan memanfaatkan bantuan yang telah di berikan sebaik – baiknya, dan mengharap semoga program ini akan terus berlanjut demi kesejahteraan masyarakat banten, dan masyarkat desa ketapang mendukung sepenuhnya program banten terang 2014. Tujuan sosialisasi adalah untuk mengimpormasikan dan menjelaskan kepada masyarakat calon penerima bantuan pembangunan listrik perdesaan mengenai program WKP III TA 2015.