Laporan: Nurhayati
Serang ,,,,,,juni 2015
Serang ,,,,,,juni 2015
Perkembangan Irigasi di Provinsi Banten,
sebagaimana juga di daerah lain di Indonesia dapat dibagi atas 3 fase
perkembangan, yaitu :
- Fase Pertama Pembangunan irigasi oleh masyarakat tani ribuan tahun yang lalu berlangsung sejak abad ke 16 sebelum masehi dimulai dengan sawah tadah hujan dan kemudian disusul dengan penemuan teknologi mengalihkan air dari sungai. Walaupun teknologi pengambilan air tersebut bersifat sederhana yaitu pengambilan bebas (free intake). Irigasi Subak di Bali adalah contoh irigasi ini.
- Fase kedua adalah fase pengaturan antara irigasi masyarakat dan irigasi yang dibangun pemerintah. Sejak pertengahan abad ke-19 irigasi dalam skala besar dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Fase ini berlangsung lebih dari satu abad (1948 -1970).
- Fase ketiga adalah dominan peranan pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan irigasi. Pada fase ini pembangunan irigasi dilakukan secaa besar-besaran dengan tujuan mewujudkan tercapainya swasembada beras. Adanya teknologi revolusi hijau yang responsif terhadap air memerlukan upaya perbaikan infrastruktur irigasi yang sudah ada dan perluasan irigasi khususnya di luar pulau Jawa. Dana disediakan melalui APBN dan bantuan luar negeri IBRD/IDA. Dengan adanya dukungan finansial yang kuat pemerintah melalui proyek PROSIDA ikut memperbaiki sistem irigasi primer, sekunder bahkan tersier dengan memperkenalkan rancang bangun yang standar seperti box tersier.
Dalam PP No. 20 Tahun 2006
tentang Irigasi, yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan,
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak.
Sedang secara teknis Irigasi
adalah suatu sistem tata cara pembagian air dari sumbernya baik berupa mata
air, sungai atau waduk yang ekonoimis dan pengadaannya dapat berlangsung setiap
musim (musim penghujan dan musim kemarau).
Didalam suatu daerah irigasi
terdapat komponen-komponen penunjangnyanya seperti :
- Bendung/bangunan utama, dimana air diambil dari sumbernya, umumnya dari sungai dan waduk.
- Sistem jaringan saluran pembawa, berupa saluran yang mengalirkan air irigasi kepetak-petak sawah
- Sistem pembuangan, saluran ini terletak diluar daerah irigasi yang berfungsi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran – saluran pembuang alam.
- Bangunan bagi, bagi sadap, dan bangunan sadap, berfungsi untuk mengambil dan mengatur pembagian air kepetak sawah secara proposional.
- Bangunan pelengkap, yaitu suatu bangunan yang dibuat untuk mengatasi suatu rintangan alam (talang, siphon,gorong-gorong), atau dibuat berdasarkan alasan teknis (bangunan terjun, got miring).
- Dan lain-lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar